*Silikon adalah polimer non organik yang bervariasi, dari cairan, gel,
karet, hingga sejenis plastik keras. Beberapa karakteristik khusus
silikon: tak berbau, tak berwarna, kedap air serta tak rusak akibat
bahan kimia dan proses oksidasi, tahan dalam suhu tinggi serta tidak
dapat meghantarkan listrik. Pertama kali ditemukan, digunakan untuk
membuat lem, pelumas, katup jantung buatan hingga implan payudara.
*Terdapat 3 jenis silikon yang secara medis aman:
1. Silikon padat: Bentuknya menyerupai karet penghapus. Digunakan untuk
katup jantung buatan, pengganti testis, kateter serta persendian
buatan. Dalam dunia bedah plastik, silikon padat biasanya digunakan
untuk implan hidung, dagu dan pipi. Beberapa tahun belakangan ini,
silikon padat juga digunakan untuk membantu penderita gangguan ereksi,
dengan menggunakan materi silikon padat yang dapat ditiup.
2. Silikon berbentuk gel dalam wadah silikon padat: Menyerupai dodol,
dengan tingkat perlekatan molekul sangat baik, digunakan untuk implan
payudara atau betis. Jika dibelah, tidak akan meleleh atau menyebar,
tapi tetap mengikuti bentuk wadah penyimpannya.
3. Silikon cair: Silikon bentuk cair dalam dunia medis digunakan dalam
operasi retina. Retina dapat lepas dari posisinya karena berbagai
faktor, sehingga perlu dibantu perlekatannya dengan silikon cair.
*Di dunia kedokteran modern, silikon dikategorikan sebagai bahan terbaik
untuk melakukan perbaikan bagian tubuh, karena penolakan jaringan tubuh
terhadap silikon tergolong rendah.
Jika memang aman, mengapa kita sering mendengar kasus pasien mengalami kerusakan akibat suntik silikon?
Karena materinya adalah silikon industri, yang membahayakan kesehatan.
Seorang dokter bedah plastik tidak dibenarkan melakukan penyuntikan
silikon kita ambil contoh silikon cair. Biasanya penyuntikan silikon cair untuk memperindah
bagian wajah dilakukan oleh tenaga nonmedis(illegal) yang tarifnya
relatif murah (sekitar Rp.200.000,- per suntikan) sehingga resikonya
besar.
*Berikut adalah resiko mengunakan silikon cair(illegal):
1. Sekali Dimasukkan dalam tubuh, silikon cair tidak bisa dikeluarkan secara sempurna
Silikon cair (atau kadang para pelakunya menyebutnya sebagai
“kolagen”) bukanlah bahan yang digunakan untuk implant. Silikon cair
ini sebenarnya adalah bahan industri. Berbeda dengan silikon medis yang
berbentuk padat dibuat secara khusus, dan bisa diambil kembali bila
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Silikon cair ini sangat sulit
untuk diambil kembali bila terjadi reaksi peradangan ataupun reaksi
penolakan tubuh.
2. Silikon cair dapat memicu reaksi penolakan tubuh
Tubuh mempunyai daya tahan yang menolak setiap benda asing yang masuk
ke dalamnya. Berbeda dengan silikon medis yang dirancang secara khusus
sehingga tidak menimbulkan reaksi penolakan. Silikon cair yang pada
dasarnya dibuat untuk keperluan industri akan dianggap sebagai benda
asing oleh tubuh. Dan reaksi tubuh terhadap adanya benda asing ini
diwujudkan dengan adanya peradangan. Tak heran anda banyak melihat
korban suntik silikon akhirnya kulitnya menjadi bengkak dan kemerahan.
Pada beberapa kasus yang parah, peradangan ini dapat berkembang menjadi
syok sepsis dan berujung pada kematian.
3. Silikon cair tidak punya kemampuan untuk mempertahankan bentuknya
Tahukah anda sifat benda cair? Ya, benda cair akan menyesuaikan
bentuknya sesuai dengan wadahnya. Begitu juga dengan silikon cair ini.
Silikon cair ini akan mengisi tempat di mana dia disuntikkan, namun
silikon ini tidak akan berada di situ selamanya. Karena pengaruh
gravitasi dan gerakan tubuh, silikon ini akan ikut bergerak, tak heran
anda akan mendapati para korban suntik silikon ini bukannya menjadi
cantik malah menjadi kendur dan aneh.
4. Risiko infeksi dan penularan penyakit
Setiap prosedur medis invasif (atau sering disebut operasi), harus
dilakukan dalam ruangan steril dengan alat-alat yang sudah disterilkan
pula. Tentu saja hal ini tidak akan anda temukan di tempat-tempat yang
melayani penyuntikan silikon tersebut. Peralatan yang digunakan juga
jauh diluar standar medis, bahkan tidak jarang peralatan tersebut
digunakan berulangkali tanpa prosedur sterilisasi yang benar. Tentu
saja hal ini akan sangat meningkatkan risiko infeksi dan penularan
penyakit.
5. Kesalahan penyuntikan
Tentu saja para pelaku suntik silikon ini tidak pernah mengenyam
pendidikan resmi di bidang medis dan tidan mengetahui anatomi tubuh
manusia. Bukan tidak mungkin suntikan silikon ini dapat “salah suntik”
dan masuk ke dalam pembuluh vena ataupun arteri. Terlebih jika yang
disuntik adalah payudara, di mana biasanya suntikan pada daerah ini
dilakukan cukup dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar