KELUARGA YANG LINGLUNG
Kehidupan Pak dan Bu
Rafa cukup bahagia. Mereka hampir tidak pernah bertengkar. Kalau pun terjadi
pertengkaran, hanya kecil saja. Itu pun disebabkan mereka kehilangan sesuatu.
Namun akhirnya benda yang dikira hilang itu ditemukan kembali. Misalnya, jika
Pak Rafa hendak membuka pintu kebun, dia akan setengah mati mencari kuncinya.
Bu Rafa lupa dimana menaruhnya. Bisa saja nanti kunci itu ditemukan di tasnya,
atau di laci meja, sementara Pak Rafa sudah membongkar paksa kunci itu!
Pada suatu hari , Pak
Rafa pulang dengan senyum di bibirnya. Dia mengeluarkan dua helai tiket bioskop,
warna kuning dengan bertulisan XXI. Bu Rafa memeriksanya. Oh betapa gembiranya
hatinya. “jadi kita akan nonton film malam minggu nanti? Cihui, sudah lama aku
tidak menonton film. Ya, ya, sejak kita pindah ke kota kecil ini, belasan tahun
lalu.”
“Tenang, Bu,” sergah
Pak Rafa, “jangan berteriak-teriak seperti anak kecil. Malu kan didengar
tetangga?”
“ya, ya. tiketnya biar
ku simpan. Jangan kau bawa-bawa di saku mantelmu. Nanti bisa jatuh jika kau
mencabut saputangan. Sebaiknya kita simpan di tempat aman di dalam rumah.”
Bu Rafa mencari tempat
yang aman di sekitar dapur. “Bagaimana kalau di toples kosong? Toples itu dari
kaca. Jadi isinya mudah dilihat.”
“Jangan! Kita sering
memindah-mindahkannya. Jadi kita akan sering memindah-mindahkan tiketnya juga.”
Mereka berfikir keras.
Pak Rafa tiba-tiba tersenyum, dan menunjuk pada kaleng biskuit.
“Kita simpan saja di
situ,” katanya kemudian. “tempat itu sudah kosong. Kita tidak pernah punya
biskuit lagi. Jadi di sana tiket-tiket itu akan aman.”
Mereka lalu menaruh
tiket nonton film di dalam kotak biskuit,lalu menutupnya erat-erat. Sekarang
tiket-tiket itu berada di tempat yang aman. Pak dan Bu Rafa saling berpandangan
dan tersenyum. Mereka membayangkan suatu tontonan menarik malam minggu nanti.
Akhirnya malam minggu
yang ditunggu-tunggu tibalah. Pak dan Bu Rafa berjalan bergandengan, menuju
tempat bioskop XXI. Tempatnya aga jauh dari rumah mereka, namun mereka lebih
suka berjalan kaki ke sana. Karena udaranya saat itu cerah dan bulan bersinar
terang.
Sampai perjalanan, Pak
Rafa menghentikan langkahnya. Serunya, “ astaga, tiket kita ketinggaln di
rumah!”
Mereka kembali pulang
ke rumah, Pak Rafa merogoh saku kiri mantelnya untuk mencari kunci rumah.
Tetapi kunci itu tidak ada di sana! Bukankah kunci rumah biasanya dikantunginya
di situ?
Ia bertanya pada
istrinya, “Bu, apakah kunci rumah kau bawa? Coba periksa dalam tas mu.” Bu Rafa
mencari-cari kunci dalam tasnya, tetapi kunci itu tidak ada.
Pak Rafa mulai
kelihatan tidak sabar. “tadikan sudah ku berikan padamu!” “tidak, kau tidak
memberikannya padaku,” sahut Bu Rafa sengit.
Dengan bingung dan
putus asa, Pak Rafa memandangi pintu depan rumahnya, tiba-tiba pandangannya
tertumbuk pada lubang kunci. Ternyata anak kunci masih di lubang kunci. Ia lupa
mencabutnya!
Mereka berdua masuk ke
dalam rumah, lalu berfikir keras di mana gerangan tiket-tiket itu disimpan?
Akhirnya berserulah Bu Rafa, “ya, aku ingat. Kemarin ku taruh dikaleng
biskuit!”
Segera keduanya tersebut mengambilkaleng
biskuit. Pak Rafa meraihnya lebih dulu, tidak sabar ia membuka tutupnya. Namun
didalamnya penuh terisi biskuit. Kedua tiket itu tidak ada di dalamnya.
Baru dia teringat
urutan peristiwanya. Tadi pagi, anak perempuannya fara mengirim kue. Kue-kue
itu di tempatkannya dalam kaleng biskuit itu. Dan tiketnya dipindahkan ke tempat lain. Kata Pak Rafa, “ ya, aku
ingat .aku sendiri yang memindahkannya ke tempat yang aman. Ya, ya aku ingat
sekarang. Tadi kuletakan dalam kotak cerutu!”
Dengan cepat Pak Rafa
mencari kotak cerutunya. Dibukanya kota itu, tetapi disitupun tidak ada tiketnya.
Kotak itu penuh terisi cerutu. Kemudian ia, teringat tadi siang ia membili
cerutu. Lalu memasukannya ke dalam kotal cerutu tersebut. Tiket-tiket
dipindahkannya, entah kemana ia sendiri lupa.
“nah, sekarang ketahuan
siapa yang linglung dalam hal ini. Kau , Pak! Kau selalu menaruh barang-barang
di tempat tidak semestinya. Kapan lagi kebiasaan buruk semacam itu akan
hilang?” seru Bu Rafa. Matanya berkaca-kaca, kecewa karena harapannya bias
menonton film telah pudar.
Pak Rafa iba melihat
istrinya. Maka berkatalah ia, “bu ayo kita beli tiket lagi. Kita lupakan
tiket-tiket kita yang hilang” “tetapi tiket di loket pasti sudah habis,” sahut
Bu Rafa. “ayo kita coba, kalau memang sudah habis, yah sudah nasib kita. Kita
jalan-jalan saja untuk menghirup hawa segar.”
Sampai di loket tiket,
tiket sudah habis terjual. Maklumlah malam minggu, penonton ramai sekali. Untuk
mengobati kekecewaan istrinya, Pak Rafa merogoh kantungnya untuk mengambil uang membeli jagung bakar. Di
cabutnya tangannya dari sakunya ternyata bukan uang yang dipegangnya, tetapi
dua lembar tiket bioskop! Cepat-cepat diraihnya lengan istrinya dan segera
dibawa masuk ke dalam bioskop.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar