Selasa, 04 Juni 2013

TUGAS SOFT SKIL 2 "MEMBUAT CERPEN"



KELUARGA YANG LINGLUNG
Kehidupan Pak dan Bu Rafa cukup bahagia. Mereka hampir tidak pernah bertengkar. Kalau pun terjadi pertengkaran, hanya kecil saja. Itu pun disebabkan mereka kehilangan sesuatu. Namun akhirnya benda yang dikira hilang itu ditemukan kembali. Misalnya, jika Pak Rafa hendak membuka pintu kebun, dia akan setengah mati mencari kuncinya. Bu Rafa lupa dimana menaruhnya. Bisa saja nanti kunci itu ditemukan di tasnya, atau di laci meja, sementara Pak Rafa sudah membongkar paksa kunci itu!
Pada suatu hari , Pak Rafa pulang dengan senyum di bibirnya. Dia mengeluarkan dua helai tiket bioskop, warna kuning dengan bertulisan XXI. Bu Rafa memeriksanya. Oh betapa gembiranya hatinya. “jadi kita akan nonton film malam minggu nanti? Cihui, sudah lama aku tidak menonton film. Ya, ya, sejak kita pindah ke kota kecil ini, belasan tahun lalu.”
“Tenang, Bu,” sergah Pak Rafa, “jangan berteriak-teriak seperti anak kecil. Malu kan didengar tetangga?”
“ya, ya. tiketnya biar ku simpan. Jangan kau bawa-bawa di saku mantelmu. Nanti bisa jatuh jika kau mencabut saputangan. Sebaiknya kita simpan di tempat aman di dalam rumah.”
Bu Rafa mencari tempat yang aman di sekitar dapur. “Bagaimana kalau di toples kosong? Toples itu dari kaca. Jadi isinya mudah dilihat.”
“Jangan! Kita sering memindah-mindahkannya. Jadi kita akan sering memindah-mindahkan tiketnya juga.”
Mereka berfikir keras. Pak Rafa tiba-tiba tersenyum, dan menunjuk pada kaleng biskuit.
“Kita simpan saja di situ,” katanya kemudian. “tempat itu sudah kosong. Kita tidak pernah punya biskuit lagi. Jadi di sana tiket-tiket itu akan aman.”
Mereka lalu menaruh tiket nonton film di dalam kotak biskuit,lalu menutupnya erat-erat. Sekarang tiket-tiket itu berada di tempat yang aman. Pak dan Bu Rafa saling berpandangan dan tersenyum. Mereka membayangkan suatu tontonan menarik malam minggu nanti.
Akhirnya malam minggu yang ditunggu-tunggu tibalah. Pak dan Bu Rafa berjalan bergandengan, menuju tempat bioskop XXI. Tempatnya aga jauh dari rumah mereka, namun mereka lebih suka berjalan kaki ke sana. Karena udaranya saat itu cerah dan bulan bersinar terang.
Sampai perjalanan, Pak Rafa menghentikan langkahnya. Serunya, “ astaga, tiket kita ketinggaln di rumah!”
Mereka kembali pulang ke rumah, Pak Rafa merogoh saku kiri mantelnya untuk mencari kunci rumah. Tetapi kunci itu tidak ada di sana! Bukankah kunci rumah biasanya dikantunginya di situ?
Ia bertanya pada istrinya, “Bu, apakah kunci rumah kau bawa? Coba periksa dalam tas mu.” Bu Rafa mencari-cari kunci dalam tasnya, tetapi kunci itu tidak ada.
Pak Rafa mulai kelihatan tidak sabar. “tadikan sudah ku berikan padamu!” “tidak, kau tidak memberikannya padaku,” sahut Bu Rafa sengit.
Dengan bingung dan putus asa, Pak Rafa memandangi pintu depan rumahnya, tiba-tiba pandangannya tertumbuk pada lubang kunci. Ternyata anak kunci masih di lubang kunci. Ia lupa mencabutnya!
Mereka berdua masuk ke dalam rumah, lalu berfikir keras di mana gerangan tiket-tiket itu disimpan? Akhirnya berserulah Bu Rafa, “ya, aku ingat. Kemarin ku taruh dikaleng biskuit!”
Segera keduanya tersebut mengambilkaleng biskuit. Pak Rafa meraihnya lebih dulu, tidak sabar ia membuka tutupnya. Namun didalamnya penuh terisi biskuit. Kedua tiket itu tidak ada di dalamnya.
Baru dia teringat urutan peristiwanya. Tadi pagi, anak perempuannya fara mengirim kue. Kue-kue itu di tempatkannya dalam kaleng biskuit itu. Dan tiketnya dipindahkan  ke tempat lain. Kata Pak Rafa, “ ya, aku ingat .aku sendiri yang memindahkannya ke tempat yang aman. Ya, ya aku ingat sekarang. Tadi kuletakan dalam kotak cerutu!”
Dengan cepat Pak Rafa mencari kotak cerutunya. Dibukanya kota itu, tetapi disitupun tidak ada tiketnya. Kotak itu penuh terisi cerutu. Kemudian ia, teringat tadi siang ia membili cerutu. Lalu memasukannya ke dalam kotal cerutu tersebut. Tiket-tiket dipindahkannya, entah kemana ia sendiri lupa.
“nah, sekarang ketahuan siapa yang linglung dalam hal ini. Kau , Pak! Kau selalu menaruh barang-barang di tempat tidak semestinya. Kapan lagi kebiasaan buruk semacam itu akan hilang?” seru Bu Rafa. Matanya berkaca-kaca, kecewa karena harapannya bias menonton film telah pudar.
Pak Rafa iba melihat istrinya. Maka berkatalah ia, “bu ayo kita beli tiket lagi. Kita lupakan tiket-tiket kita yang hilang” “tetapi tiket di loket pasti sudah habis,” sahut Bu Rafa. “ayo kita coba, kalau memang sudah habis, yah sudah nasib kita. Kita jalan-jalan saja untuk menghirup hawa segar.”
Sampai di loket tiket, tiket sudah habis terjual. Maklumlah malam minggu, penonton ramai sekali. Untuk mengobati kekecewaan istrinya, Pak Rafa merogoh kantungnya  untuk mengambil uang membeli jagung bakar. Di cabutnya tangannya dari sakunya ternyata bukan uang yang dipegangnya, tetapi dua lembar tiket bioskop! Cepat-cepat diraihnya lengan istrinya dan segera dibawa masuk ke dalam bioskop.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar