Freeport
berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS. Menurut
Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada
Indonesia sebesar 33 miliar dolar dari tahun 1992–2004. Angka ini
hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga emas
mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per ons,
Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dolar.Mining International, sebuah majalah perdagangan,
menyebut tambang emas Freeport sebagai yang terbesar di dunia.
# Pemegang Saham
3.PT. Indocopper Investama - 9,36%
# Bahan Tambang yang dihasilkan
-Tembaga
-Emas
-Silver
-Molybdenum
-Rhenium
Selama ini
hasil bahan yang di tambang tidak lah jelas karena hasil tambang tersebut di
kapal kan ke luar indonesia untuk di murnikan sedangkan molybdenum dan rhenium
adalah merupakan sebuah hasil samping dari pemrosesan bijih tembaga.
Dahulu di
tengah masyarakat ada mitologi menyangkut manusia sejati, yang
berasal dari sebuah Ibu, yang menjadi setelah kematiannya berubah menjadi tanah
yang membentang sepanjang daerah Amungsal (Tanah Amugme), daerah
ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat, sehingga secara adat tidak
diizinkan untuk dimasuki.
Sejak tahun 1971, Freeport Indonesia, masuk ke daerah
keramat ini, dan membuka tambang Erstberg. Sejak
tahun 1971 itulah warga suku Amugme dipindahkan
ke luar dari wilayah mereka ke wilayah kaki pegunungan.
Tambang Erstberg ini habis open-pit-nya pada 1989,
dilanjutkan dengan penambangan pada wilayah Grasberg dengan izin
produksi yang dikeluarkan Mentamben Ginandjar Kartasasmita pada 1996. Dalam izin
ini, tercantum pada AMDAL produksi yang diizinkan adalah 300
ribu /ton/hari
Menurut karyawan dan bekas karyawan Freeport, selama
bertahun-tahun James R Moffett, seorang
ahli geologi kelahiran Louisiana, yang juga adalah pimpinan perusahaan ini, dengan
tekun membina persahabatan dengan Presiden Soeharto, dan kroni-kroninya. Ini dilakukannya untuk
mengamankan usaha Freeport. Freeport membayar ongkos-ongkos mereka berlibur,
bahkan biaya kuliah anak-anak mereka, termasuk membuat kesepakatan-kesepakatan
yang memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.
Surat-surat
dan dokumen-dokumen lain yang diberikan kepada New York Times oleh para
pejabat pemerintah menunjukkan, Kementerian Lingkungan Hidup telah berkali-kali memperingatkan
perusahaan ini sejak tahun 1997, Freeport melanggar peraturan
perundang-undangan tentang lingkungan hidup. Menurut perhitungan Freeport sendiri, penambangan
mereka dapat menghasilkan limbah/bahan buangan sebesar kira-kira 6 miliar ton
(lebih dari dua kali bahan-bahan bumi yang digali untuk membuat Terusan Panama). Kebanyakan dari limbah itu dibuang di pegunungan di
sekitar lokasi pertambangan, atau ke sistem sungai-sungai yang mengalir turun
ke dataran rendah basah, yang dekat dengan Taman Nasional Lorentz, sebuah hutan hujan tropis yang
telah diberikan status khusus oleh PBB.
Sebuah studi
bernilai jutaan dolar tahun 2002 yang dilakukan Parametrix, perusahaan
konsultan Amerika, dibayar oleh Freeport dan Rio Tinto, mitra
bisnisnya, yang hasilnya tidak pernah diumumkan mencatat, bagian hulu sungai
dan daerah dataran rendah basah yang dibanjiri dengan limbah tambang itu
sekarang tidak cocok untuk kehidupan makhluk hidup akuatik. Laporan
itu diserahkan ke New York Times oleh Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia. New York Times berkali-kali meminta izin kepada
Freeport dan pemerintah Indonesia untuk mengunjungi tambang dan daerah di
sekitarnya karena untuk itu diperlukan izin khusus bagi wartawan. Semua
permintaan itu ditolak. Freeport hanya memberikan respon secara tertulis.
Sebuah surat yang ditandatangani oleh Stanley S Arkin, penasihat hukum
perusahaan ini menyatakan, Grasberg adalah
tambang tembaga, dengan emas sebagai
produk sampingan, dan bahwa banyak wartawan telah mengunjungi pertambangan itu
sebelum pemerintah Indonesia memperketat aturan pada tahun 1990-an.
#
Hubungan Freeport dan TNI
Selama
bertahun-tahun, Freeport memiliki unit pengamanannya sendiri, sementara
militer Indonesia memerangi perlawanan separatis yang lemah dan rendah gerakannya.
Kemudian kebutuhan keamanan ini mulai saling terkait.
Tidak ada
investigasi yang menemukan keterkaitan Freeport secara langsung dengan pelanggaran
HAM, tetapi semakin banyak orang-orang Papua yang menghubungkan
Freeport dengan tindak kekerasan yang dilakukan oleh TNI, dan pada sejumlah
kasus kekerasan itu dilakukan dengan menggunakan fasilitas Freeport.
Seorang ahli antropologi Australia, Chris Ballard, yang
pernah bekerja untuk Freeport, dan Abigail Abrash, seorang
aktivis HAM dari Amerika Serikat, memperkirakan, sebanyak 160 orang telah
dibunuh oleh militer antara tahun 1975–1997 di daerah
tambang dan sekitarnya.
Pada bulan
Maret 1996, kemarahan terhadap perusahaan pecah dalam bentuk
kerusuhan ketika sentimen anti-perusahaan dari beberap a kelompok yang
berbeda bergabung.
# Peristiwa
- 21 Februari 2006, terjadi pengusiran terhadap penduduk setempat
yang melakukan pendulangan emas dari sisa-sisa limbah produksi Freeport di
Kali Kabur Wanamon. Pengusiran dilakukan oleh aparat gabungan kepolisian
dan satpam Freeport. Akibat pengusiran ini terjadi
bentrokan dan penembakan. Penduduk sekitar yang mengetahui kejadian itu
kemudian menduduki dan menutup jalan utama Freeport di Ridge Camp, di Mile
72-74, selama beberapa hari. Jalan itu merupakan satu-satunya akses ke
lokasi pengolahan dan penambangan Grasberg. [4] [5]
- 22 Februari 2006, sekelompok mahasiswa asal Papua beraksi terhadap penembakan di Timika sehari
sebelumnya dengan merusak gedung Plasa 89 di Jakarta yang merupakan gedung tempat PT Freeport
Indonesia berkantor.
- 23 Februari 2006, masyarakat Papua Barat yang tergabung
dalam Solidaritas Tragedi Freeport menggelar unjuk rasa di depan Istana,
menuntuk presiden untuk menutup Freeport Indonesia. Aksi yang sama juga
dilakukan oleh sekitar 50 mahasiswa asal Papua di Manado.
- 25 Februari 2006, karyawan PT Freeport Indonesia kembali
bekerja setelah palang di Mile 74 dibuka.
- 27 Februari 2006, Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua
Barat menduduki kantor PT Freeport Indonesia di Plasa 89, Jakarta. Aksi
menentang Freeport juga terjadi di Jayapura dan Manado.
- 28 Februari 2006, Demonstran di Plasa 89, Jakarta, bentrok
dengan polisi. Aksi ini mengakibatkan 8 orang polisi terluka.
- 1 Maret 2006, demonstrasi selama 3 hari di Plasa 89
berakhir. 8 aktivis LSM yang mendampingi mahasiswa
Papua ditangkap dengan tuduhan menyusup ke dalam aksi mahasiswa Papua [6] [7]. Puluhan mahasiswa asal Papua di Makassar berdemonstrasi dan merusak Monumen Pembebasan Irian
Barat.
- 3 Maret 2006, masyarakat Papua di Solo berdemonstrasi menentang Freeport.
- 7 Maret 2006, demonstrasi di Mile 28, Timika di dekat bandar udara Moses Kilangin
mengakibatkan jadwal penerbangan pesawat terganggu.
- 14 Maret 2006, massa yang membawa anak panah dan tombak
menutup checkpoint 28 di Timika. Massa juga mengamuk di depan Hotel Sheraton.
- 15 Maret 2006, Polisi membubarkan massa di Mile 28 dan
menangkap delapan orang yang dituduh merusak Hotel Sheraton. Dua orang polisi terkena anak panah.
- 16 Maret 2006, aksi pemblokiran jalan di depan Kampus Universitas Cendrawasih, Abepura, Jayapura, oleh masyarakat dan mahasiswa yang tergabung
dalam Parlemen Jalanan dan Front Pepera PB Kota Jayapura, berakhir dengan
bentrokan berdarah, menyebabkan 3 orang anggota Brimob dan 1 intelijen TNI tewas
dan puluhan luka-luka baik dari pihak mahasiswa dan pihak aparat. [8] [9]
- 17 Maret 2006, Tiga warga Abepura, Papua, terluka akibat
terkena peluru pantulan setelah beberapa anggota Brimob menembakkan
senjatanya ke udara di depan Kodim Abepura [10]. Beberapa wartawan televisi yang meliput
dianiaya dan dirusak alat kerjanya oleh Brimob.
- 22 Maret 2006, satu lagi anggota Brimob meninggal dunia
setelah berada dalam kondisi kritis selama enam hari
- 23 Maret 2006, lereng gunung di kawasan pertambangan
terbuka PT Freeport Indonesia di Grasberg, longsor dan menimbun sejumlah
pekerja. 3 orang meninggal dan puluhan lainnya cedera [11].
- 23 Maret 2006, Kementerian Lingkungan Hidup mempublikasi temuan pemantauan
dan penataan kualitas lingkungan di wilayah penambangan PT Freeport
Indonesia. Hasilnya, Freeport dinilai tak memenuhi batas air limbah dan
telah mencemari air laut dan biota laut.[12] [13]
- 18 April 2007, sekitar 9.000 karyawan Freeport mogok kerja untuk menuntut perbaikan kesejahteraan.
Perundingan akhirnya diselesaikan pada 21 April setelah tercapai
kesepakatan yang termasuk mengenai kenaikan gaji terendah [14]
# Pranala luar
(Indonesia) Situs resmi
(Inggris) "Paying For Protection", laporan Global Witness
(Inggris) Citra satelit tambang Freeport
(Inggris) The Mining giant in Timika West Papua
(Indonesia) Siaran pers Kementerian Negara Lingkungan Hidup
mengenai pencemaran lingkungan oleh PT. Freeport Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar